Layoff dan hikmahnya setelah dapat pekerjaan baru.

Seperti kita tahu, layoff terjadi hampir dimana-mana terutama Eropa. Mungkin U.S juga. Kalau Asia beberapa tapi tidak sebanyak di Eropa ngga, sih. Saya lagi males meramu datanya, paling bisa dicek langsung saja di web khusus data layoffs. Yang pasti saya terkena layoff Agustus lalu, qodarulloh. Dan proses hiring designer yang pernah saya umumkan itu juga distop padahal udah hampir mau nemu kandidatnya (bocorannya dari Nigeria, namun harus distop ketika di tahap akhir). Kalau menyalahkan pun ya gimana, saat ini banyak banget yang mengalami layoff ini termasuk startup besar.

Konon itu bisa jadi karena salah perhitungan juga dari para pihak perusahaan tsb terlepas dari situasi ekonomi yang sedang sulit terutama di Eropa. Di sini saya ngga akan cerita soal proses hiring pekerjaan baru ataupun tips dapetin kerja remote di luar negeri di saat krisis ekonomi. Di situasi sulit gini, fokusnya mending lebih diberatkan ke Allah saja, nanti Allah yang mulai bantu mulai darimana-mananya. Jangan ke manusia doang. Saya juga cape kalo tips-tips, ya gitu-gitu aja sih. Kalopun ada yang beda, tetep aja random banget hasilnya. Tapi jangan jadi ngga belajar bahasa Inggris juga.

Over Expand

Perang Russia-Ukraina

Baru aja mau bangkit setelah Covid-19, langsung dihempas perang Russia-Ukraina. Ngga heran, negara kita juga walau terkesan masih selamat tapi segala-gala dinaikin, BBM naik, Haji dilamain, BPJS dirubah, Pajak dirubah, dll, kaya biar ketopang dulu. Walaupun kalau Indonesia jelas banyak rempah-rempah dan kaya akan sumber daya alam, tapi akan percuma juga sih kalau pengelolaannya ngga bener. Sementara negara luar, ngga punya itu. Kalau jaman dulu, jaman perang dulu, mereka masih bisa menjajah kita dan bertahan hidup, sekarang ngga bisa.

Dah lah ngga ada abisnya dibahas. Invision aja ngelayoff 50% karyawannya, bahkan ada yang baru 2 bulan dihire dan itu terjadi di banyak tempat. Atau bahkan offernya dicancel atau ditunda.

Info soal perusahaan-perusahaan layoffs cek di sini

Berapa fundingnya? cek.

Paling yang saya ingin note di sini, walaupun sepertinya krisis eknomi ini pas terjadinya kebetulan banget setelah saya baru aja join di startup yang lalu 😁🤦🏻‍♀️ namun hikmah ke depannya untuk para startup di sini harus sangat berhati-hati ketika hiring di saat krisis ini, ngga perlu terlalu jor-joran hiring banyak dulu dan selain ngga banyak, ngga perlu juga banyak gimmick-gimmick kaya seolah udah ada HR bagian employer branding dulu, padahal belum ada. Dan kalopun hiring jangan muluk-muluk menjanjikan ini itu ke karyawan. Jangan ninggi ngomongnya ke karyawan saking ingin karyawan itu mau kerja sama startup tsb. Padahal ngga jelas ke depannya apakah funding bertambah atau ngga dan padahal uang fundingnya belum seberapa.

Pelajaran buat saya juga harus lebih pandai berhitung dalam hitungn dollar atau euro jadi lebih aware, sebenarnya modalnya berapa dan apakah itu termasuk masih sedikit atau cukup banyak buat bertahan lama. Kalau sebelumnya mungkin tidak perlu sedetail ini kita lihat-lihat kepo soal data finansial perusahaan, tapi sekarang kayanya harus. Bukan soal berapa tapi keperluan dan spending merekanya buat apa aja, walaupun itu sudah sangat detail dan sulit cari datanya. Di sini bukan untuk pilih-pilih banget, sih tapi lebih ke untuk persiapan diri lalu kaitkan dengan gayanya si recruiter ketika bicara, apakah ninggi atau realistis. Kalau kita buang juga sayang, kan lumayan juga kalo diterima (hehe..), tapi at least kita siap lahir batin bahwa kapanpun bisa cabut.

Beberapa perusahaan termasuk yang saya akan tempati insya Allah, menampilkan jumlah fundingnya that’s why mereka hiring, atau saya pernah nemu startup yang terang-terangan menyebut ada dana berapa, that’s why mereka bisa bertahan kira-kira +4 tahun lebih. Nah, gitu kan lebih enak ke kitanya. Jadi ukuran 4+ tahun itu udah lumayan sih buat startup yang ada investornya, kita kan bukan PNS/BUMN, jadi ngga matok yang sampe usia pensiun juga.

Saya pernah melamar ke perusahaan tech kecil di Belanda, mereka tampak bootstrap walau kecil. Dan ngga lagi nyari investor, customernya juga udah lumayan ada, tapi sayangnya belum ada kabar lagi. Kalau yang saya liat selain alasan-alasan yang ngga tahu apa, dia kaya ragu ketika wawancara soal time zone dan kondisi saya yang udah berkeluarga kalau harus ngikut jam kerja mereka di sana. Padahal saya nyanggupin jam kerja Eropa dan Asia, kalo US ngga sanggup. Itu based on pengalaman ketika kerja remote ke London walau saat itu kerjaannya sedikit hehe…karena justru bagi saya kerja pagi itu bikin saya anxiety (like office trauma), tapi mungkin tergantung culture perusahaannya juga. Kalau udah agak sorean saya lebih tenang.

Malah disuruh cari yang ngga pake investor dan stabil. Di era teknologi ini justru yang gitu (startup with VC) kesempatan kerja designer saat ini di tech jadi bertambah daripada era sebelumnya…tapi kalo ada yang emang stabil, ikuti saja.

Perusahaan tempat kerja baru

Untungnya perusahaan yang sekarang, yang berbasis di Swedia ini dimana bidangnya adalah AI untuk online retailer, mereka tidak muluk-muluk ke saya padahal funding yang mereka miliki jauh lebih banyak, hingga muncul di beberapa media tech seperti TechCrunch dan Yahoo Finance, dll. Malah mereka lebih realistis, dengan berkata, “Kalau memang kamu ngga bisa dateng ketika ada pertemuan ke Swedia, ya udah part time aja gimana? lagian kamu udah berkeluarga.” Alhamdulillah, gpp deh haha…Jadi sebenarnya saya bisa aja kerja di Swedia biar kaya Zapata 😆 hehe…, tapi kalo saya kan posisi udah menikah ketika dapet kerjanya yang sekarang ini, dan perempuan juga which is sebagai ibu dan anak-anak saya pun harus sekolah di sini karena belajar Islam total di sekolahnya.

Saya pun juga ngga tahu sampe kapan di tempat kerja baru ini, walau ada range waktu di dalam kontrak, ya standar lah soal berapa lamanya. Tapi lagi kondisi gini bisa aja kita bahkan besok-besok udah layoffs walaupun baru mulai kerja, dan itu terjadi di beberapa tempat. Tapi mudah-mudahan ngga gitu. Yang pasti saya sudah deal kontrak dan si startup ini ngga muluk-muluk, ngga ninggi bicaranya dan terlihat sangat hati-hati dalam spending uang.

Saya pernah nulis di blog yang lalu di sini dan sepertinya kalau itu ditulis saat krisis ini jadinya kaya salah, bahwa biasanya startup yang ada investornya itu berarti bagus, setidaknya ide productnya teruji dan menarik. Bisa jadi benar, tapi kita sebagai karyawan ngga usah fokus di situ. Bisa jadi yang bootstrap alias pake modal sendiri terlepas dari productnya gimana, mereka akan lebih keukeuh mempertahankan startupnya dan karyawannya karena masih pake duit mereka sendiri atau memang ada modal pribadi dari bisnis yang lain. Syukur-syukur jika productnya juga memang bagus.

Dan sepertinya product unik dan brilian aja ngga cukup, tapi juga soal gampang dijual ngga?

Kerja di startup dan urus keluarga

Dipikir-pikir, bahkan tadinya saya bingung, kalaupun saya melamar kerja lagi which is misal kemungkinan full time, dan lagi kemungkinan kerjanya ‘startup lagi-startup lagi’ yang workload kerjanya sibuk, di sisi lain kadang suka bingung dalam ngurus anak. Soalnya kemarin ketika ngga lama saya setelah layoff, anak sulung saya pas mau ujian dan ujian tahfidznya pun jadi dilebihin karena sudah kelas 4 SD. Saya lagi ngga kerja aja, sampe sakit mendampingi anak ujian 2 minggu, 1 minggu ujian tahfidz, 1 minggu ujian ilmu dunia. Saya sempat mikir jangan-jangan emang waktu durasi lamanya saya kerja di startup yang lalu emang dipasin juga sampe anak ujian, lalu gimana nanti kalo udah dapet kerja lagi? ternyata ini, kerjanya yang sekarang ngga tiap hari. Walaupun saya available aja kalo nambah hehe…, cuma kan at least bisa lebih sedikit waktunya dan memang ngga akan tiap hari.

Jadi apapun yang terjadi, saya selalu berusaha optimis dan positif mikirnya ke Allah dan benar-benar hanya bergantung padaNya. Jadi kalau saya aja bergantung hanya pada Allah, sebaiknya jika pun…. saya nanti buka lowongan lagi di perusahaannya (misal) lalu open lagi, janganlah berharap dan fokus ke saya nya. Tapi fokus ke asah diri dulu, sehingga melamar pun bisa kemana aja. Karena kalau di Islam jelas, jangan berharap pada manusia, walaupun kalau minta tolong pada manusia boleh asal rasional, tapi tetap yang menentukan Allah. Kemarin itu bukti bahwa saya pun ngga ada kuasa terhadap pekerjaan tsb dan pekerjaan saya sendiri. Janganlah melamar ke tempat saya kerja atau tempat siapapun bekerja dengan fokus yang menitikberatkan ke orang yang lagi hiring-nya, hanya karena misal yang hiringnya kenal atau tampak baik dsb. Manusia semua itu perantara aja. Kalau ngga, Allah seketika akan memperlihatkan yang bisa bikin kita kecewa, karena memang harusnya berharap itu hanya pada Allah aja

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s